Senin, 06 Juni 2011

PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Untuk mengatasi berbagai konflik horizontal, pendidikan bisa berperan membentuk pandangan siswa mengenai kehidupan dan meningkatkan penghargaan terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural di Indonesia menghadapi tiga tantangan mendasar.

Pertama, fenomena homogenisasi terjadi dalam dunia pendidikan akibat tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Para siswa tersegregasi dalam sekolah-sekolah sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama, dan etnisitas. Apalagi pasal yang mengatur pendidikan agama dalam UU No 20/2003 membuat sekolah berafiliasi agama merasa enggan menerima siswa tidak seagama. Lalu, terjadi pengelompokan anak berdasar agama, kelas sosio-ekonomi, ras, dan suku. Tiap hari anak-anak bergaul dan berinteraksi hanya dengan teman segolongan. Jika interaksi di luar sekolah juga demikian, pengalaman anak-anak untuk memahami dan menghargai perbedaan menjadi amat langka.

Tantangan kedua dalam pendidikan multikultural adalah kurikulum. Penelitian saya atas kurikulum 1994 menganalisis isi 823 teks bacaan dalam 44 buku ajar bahasa Inggris yang digunakan di SMA berdasar jender, status sosio-ekonomi, kultur lokal, dan geografi. Dalam keempat kategori itu, buku-buku ini masih menunjukkan ketidakseimbangan dan bias yang amat membatasi kesadaran multikultural peserta didik (Lie, 2001 dan 2003).

Ungkapan You are what you read (Anda dibentuk oleh apa yang Anda baca) perlu melandasi penyusun kurikulum. Jika siswa disodori bahan-bahan pelajaran yang mengandung bias (kelas, jender, etnis, agama, suku), siswa akan tumbuh menjadi manusia dengan praduga dan prasangka negatif terhadap orang lain yang berbeda. Keberagaman dan kekayaan budaya Nusantara diakomodasi dalam kurikulum hanya sebatas ikon dan simbol budaya seperti pakaian, kesenian daerah, dan stereotip suku.

Tantangan terakhir dan terpenting adalah guru. Kelayakan dan kompetensi guru di Indonesia umumnya masih di bawah standar apalagi untuk mengelola pembelajaran multikulturalisme.

Kurikulum multikultural

Tilaar (2005) mengupas model pendidikan multikultural di beberapa negara. Tidak ada satu model pendidikan multikultural yang paling cocok untuk suatu bangsa atau komunitas. Model pendidikan multikultural di Indonesia harus berdasar Pancasila yang telah disepakati para pendiri bangsa sebagai jaminan NKRI.

Pendidikan multikultural bertujuan mengembangkan manusia Indonesia yang cerdas. Manusia cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga bermoral, bersikap demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai diri sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang berbeda.

Model pendidikan multikultural mencakup kurikulum yang resmi serta the hidden curriculum (kurikulum tak tertulis dan terencana tetapi proses internalisasi nilai, pengetahuan, dan keterampilan justru terjadi di kalangan peserta didik). Dalam kurikulum resmi, pendidikan multikultural sebaiknya diintegrasikan ke semua mata pelajaran dan kegiatan lintas kurikulum. Sebaiknya wawasan multikulturalisme tidak dimasukkan sebagai beban tambahan sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum yang sudah dirasakan amat berat oleh guru dan peserta didik.

Model kurikulum multikultural mengintegrasikan proses pembelajaran nilai, pengetahuan, dan keterampilan hidup dalam masyarakat yang multikultural. Muatan nilai, pengetahuan, dan keterampilan multikultural ini bisa didesain sesuai tahapan perkembangan anak dan jenjang pendidikan. Muatan-muatan nilai multikultural perlu dirancang dalam suatu strategi proses pembelajaran yang mendorong terjadinya internalisasi nilai-nilai.



Mengenal diri sendiri

Pengetahuan multikultural dimulai dari pengenalan, penghormatan, dan penghargaan terhadap diri sendiri (termasuk institusi yang membentuk seperti keluarga, lingkungan terdekat).

Sesuai tahap perkembangan anak dan jenjang pendidikan, pengenalan dan penghormatan atas diri sendiri diperluas dan dikembangkan menjadi pengenalan dan penghargaan terhadap orang lain. Misalnya, pengetahuan tentang berbagai suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah, di Indonesia, dan di dunia.

Keterampilan untuk hidup di masyarakat yang multikultural termasuk terampil bernegosiasi, mengemukakan dan menghadapi perbedaan, resolusi konflik, cooperative learning, dan problem solving. Keterampilan ini bisa dimasukkan proses pembelajaran anak baik melalui kegiatan akademik maupun non-akademik.

Untuk melaksanakan pendidikan multikultural, sejumlah pekerjaan rumah harus digarap mulai dari rancangan integrasi kurikulum, standardisasi buku dan materi, pengembangan materi dan kurikulum, pengembangan profesional dan pelatihan guru, rancangan kegiatan, hingga rancangan monitoring dan evaluasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimanakah pembelajaran Multikultural tersebut?
1.2.2 Apa saja tujuan Pembelajaran Multikultural?
1.2.3 Bagaimana konsep Pembelajaran Multikultural?
1.2.4 Bagaimana strategi dalam pengelolaan Pembelajaran Multikultural?
1.3 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah tentang Pembelajaran Multikultural ini adalah untuk mendalami mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan dalam sub bahasan Pembelajaran Multikultural, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan.




BAB II
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

2.1 PENGERTIAN
Paradigma pendidikan yang berwawasan mutikultural sebenarnya berangkat dari suatu kesadaran, bahwa setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda-beda(heterogen). Dengan menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi(kemampuan), maka proses pendidikan wajib dilaksanakan dengan prinsip kearifan. Jangan sampai setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik diabaikan begitu saja. Sebab yang demikian justru akan menimbulkan model penindasan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan berwawasan multikulturalisme kemudian sebenarnya lebih mudah dipahami sebagai pandangan pluralisme dalam pendidikan yang membutuhkan kearifan dalam menyikapi pluralisme itu. Wacana pendidikan multikultural menjadi tema sentral. Dunia pendidikan menjadi marak dengan wacana multikultural wacana kependidikan kontemporer mulai melirik. Paradigma multikultural sebagai landasan filosofis untuk membangun konsep pendidikan yang berwawasan pada perbedaan kultur yang ada. Bahkan, beberapa kalangan akademis yang perhatian terhadap masa depan pendidikan telah menerbitkan buku-buku yang secara khusus berkiblat pada paradigma multikultural itu.

2.2 TUJUAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Tujuan utama pendidikan berwawasan multikultural adalah:
1. Untuk menerapkan keadilan
2. Untuk menerapkan demokrasi
3. Untuk menerapkan humanisasi
Oleh karena itu di alam demokrasi seperti di Indonesia, wacana berbasis kesadaran multikultural wajib menjadi agenda pada masa yang akan datang.
Tujuan utama pendidikan multikultural, sebagaimana telah di sebutkan di atas, adalah untuk demokratisasi, humanisasi, dan keadilan yaitu dengan prinsip mengakomodir ragam perbedaan kultur yang dibawa oleh masing-masing peserta didik disekolah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kultur yaitu;
1. Peribedaan prilaku keagamaan yang dimiliki siswa
Perilaku keagamaan yang dimiliki setiap siswa tentu berbeda. Perbedaan ini dalam konteks bukan pada ajaran agama itu sendiri, karena agama jelas bukan suatu kultur, tapi perilaku yang didasarkan pada mata pelajaran agama kemudian disebut kultur. Dan dalam hal ini sangat mungkin terjadi ketika disebuah kelas terdapat banyak keyakinan agama yang dianut oleh para peserta didik. Perilaku keagamaan antara yang satu dengan yang lain jelas berbeda sehingga membutuhkan sikap kearifan untuk menyikapinya sebagai seorang pendidik.
2. Perbedaan etnis dan corak bahasa
Zaman sekarang merupakan era globalisasi sehingga sangat mudah terjadi pertemuan antara berbagai macam budaya (akulturasi). Seperti dalam sebuah kelas, sangat mungkin latar belakang para peserta didiknya berasal dari berbagai daerah. Hal itu mewujudkan adanya ragam bahasa yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Maka, peran guru jelas sangat perlu untuk menyikapi perbedaan etnis dan bahasa yang dimiliki para peserta didik.
3. Perbedaan jenis kelamin dan gender (konstruksi sosial)
4. Perbedaan status sosial
Setiap peserta didik sudah barang tentu berlatar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang berasal dari kalangan mampu. Namun, ada juga yang berasal dari keluarga miskin. Disini pendidikan harus mampu mengakomodir kedua jenis latar belakang itu.
5. Perbedaan kemampuan
Proses pendidikan yang diselenggarakan secara general mengaburkan aspek perbedaan segi kemampuan, baik secara fisik maupun nonfisik.

2.3 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari keragaman budaya yang dimiliki oleh peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat, yaitu keragaman dalam hal bahasa, etnis, cara hidup, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan, karena;
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.
Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang beragam kompleks dan terintegrasi, dalma proses pembelajaran harus menggunakan multi disipliner, seperti: filsafat, sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, komunikasi.
Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat harus dijadikan dasar pengayaan dalam pembeljaran sehingga guru harus menciptakan “belajar untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni” sesuai dengan salah satu pilar belajar dan UNESCO yaitu learning to live together.
Peran guru dalam menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah:
1. pendidik harus menjadi model;
2. harus menciptakan masyarakat bermoral;
3. mempraktekkan disiplin moral;
4. menciptakan situasi demokrasi;
5. mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum;
6. menciptakan budaya kerja sama;
7. menumbuhkan kesadaran karya;
8. mengembangkan refleksi moral;
9. mengajarkan revolusi konflik.

2.4 STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Seorang guru dituntut harus mampu menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dalam menciptakan harmoni dan kedamaian di antara peserta didik yang dilandasi oleh keanekaragaman budaya yang dimiliki peserta didik.
Dalam kegiatan multikultural tidak lepas dari hakikat pendidikan yaitu suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudayan dalam tata kehidupan yang berdimensi lokal, nasional, dan global.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan hakikat pendidikan adalah;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
2. proses pendidikan menumbuhkembangkan eksistensi manusia;
3. proses pendidikan muwujudkan eksistensi manusia;
4. proses pendidikan berlangsung dalam masyarakat membudaya;
5. proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Pembelajaran multikultural dapat difokuskan pada pembelajaran perdamaian, pembelajaran hak asasi manusia, dan pembelajaran untuk demokrasi.
Strategi pembelajaran perdamaian dapat menggunakan strategi introspektif, interaksi sosial, pengenalan lingkungan alam dan rekreasi. Strategi pembelajaran hak-hak asasi manusia dapat dilakukan dengan cara; belajar tentang hak-hak asasi manusia, belajar bagaimana memperjuangkan hak-hak asasi manusia, belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia. Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara; etos demokrasi harus berlaku ditempat pembelajaran, pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara terus-menerus, penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis, dan evolusinya.
2.5 PROSEDUR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, penerapan, dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran multikultural adalah menciptakan suasana yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam harmoni dan kebersamaan.
Kegiatan utama merupakan kegiatan instruksional yang menekankan pada penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman budaya.
Kegiatan analisis dalam tahapan pembelajaran multikultural adalah memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman pribadi tentang sesuatu yang sudah dipelajarinya.
Abstraksi dalam pembelajaran multikultural merupakan upaya pendidik untuk memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.
Penerapan dalam pembelajaran multikultural adalah untuk mengukur perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran multikultural yang dapat dilakukan sekaligus dengan kegiatan penilaian.



BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Paradigma pendidikan yang berwawasan mutikultural sebenarnya berangkat dari suatu kesadaran, bahwa setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda-beda(heterogen). Tujuan utama pendidikan berwawasan multikultural adalah:
1. Untuk menerapkan keadilan
2. Untuk menerapkan demokrasi
3. Untuk menerapkan humanisasi
Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur kebudayaan, karena;
1. kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks;
2. kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material;
3. kebudayaan dapat berbentuk fisik;
4. kebudayaan dapat berbentuk perilaku;
5. kebudayaan merupakan realitas yang objektif;
6. kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan hakikat pendidikan adalah;
1. pendidik merupakan proses berkesinambungan;
2. proses pendidikan menumbuhkembangkan eksistensi manusia;
3. proses pendidikan muwujudkan eksistensi manusia;
4. proses pendidikan berlangsung dalam masyarakat membudaya;
5. proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang.
Prosedur yang ditempuh dalam pengelolaan pembelajaran multikultural adalah melalui tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan utama, analisis, abstraksi, penerapan, dan kegiatan penutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar